Menyikapi Kecewa
Kecewa
adalah sesuatu yang “diberikan” oleh Tuhan untuk mewarnai kehidupan, dan bisa
dikatan kecewa juga diciptakan untuk menggambarkan suasana seseorang. Namun,
sering kali manusia salah dalam memilih jalan setelah terjadi kecewa, kenapa ?
karena beranggapan kekecewaan selalu dikaitan dengan amarah, sehingga amarah
harus selalu dilupakan dan konotasi melupakan amarah itu selalu berorientasi
terhadap tindakaan yang salah. Kecewa merupakan sebuah perasaan hati yang tidak
dapat menerima kenyataan yang berujung pada penyesalan.
Kecewa
dapat dicerminkan dalam mimik seseorang, biasanya sulit menemukan senyuman
dibalik kekecewaan dan kalaupun bisa tersenyum hanyalah senyuman yang dibuat
hanya untuk membuat orang disekitar tidak tersinggung. Lalu, apa yang harusnya
dilakukan ketika mendapatkan kekecewaan ? Jawaban saya adalah bersyukur, karena
Tuhan masih sayang sama kita karena tlah memberikan rasa kecewa ini sebagai
teguran. Apa bersyukur saja cukup ? tidak, karena setelah bersyukur maka hal
yang harus dilakukan adalah Introspeksi diri, dengan introspeksi diri maka hal
yang akan muncul adalah hikmah dari rasa
kecewa. Sebagai contoh : ketika hilang sebuah uang yang telah kita kumpulkan
dengan begitu saja pasti kita sangat amat kecewa, kalau orang tidak bisa
bersyukur dan introspeksi diri maka mereka akan meluapkan amarahnya dengan
berprasangka buruk terhadap orang disekitarnya karena amarah membuat pola
pikiran membuat sebuah statement kalau uang telah dicuri, maka apa yang terjadi
? hanya pertengkaran yang tidak penting akan terjadi. Lalu kalau disyukuri dan
introspeksi diri maka masalah ini akan mengarah kepada pemikiran bagaimana cara
uang ini agar tidak hilang lagi ?. Seperti dengan melakukan penyimpanan yang
lebih aman lai seperti di bank.
Banyak
sekali dampak yang timbul kalau kecewa disikapi dengan benar tidak melulu
masalah amarah, sesungguhnya Tuhan juga tidak suka dengan umatnya yang
pemara.Oleh karena itu, mari mulai dari sekarang sikapi setiap kecewa atau
bahkan masalah dengan benar, bukan lagi dengan cara “Kuno” yang harus dipandang
emosi. Hidup itu akan lebih berguna kalau bisa mencari sebuah hikmah dibalik
sebuah masalah, hidup bukan selalu untuk menyesali masa lalu tapi hiduplah
untuk masa yang akan datang.
0 komentar :
Posting Komentar